Patung Untuk Kelengkapan Dan Upacara Adat
-
-
"patung" "patung kayu" "patung dayak" "pantak" "dayak" "dayakologi" "kalimantan barat" "borneo" "kerajinan kayu"
-
Tentang macam, bentuk, cara dan istilah Orang Dayak dalam membuat patung untuk jimat yang dipercaya memiliki kekuatan magis dalam menolak bala, penyakit dan mengembalikan semangat orang sakit.
-
Tentang macam, bentuk, cara dan istilah Orang Dayak dalam membuat patung untuk kelengkapan dan alat upacara adat yang dipercaya memiliki kekuatan magis dalam mewujudkan tujuan dan nilai dari upacara adat tersebut.
Dayak Melahui; Temaduk, Sejenis Patung Berupa Manusia. Ritual Pagoe Nyanung. Sub Suku Dayak Melahui. Kab. Sintang
-
Tentang macam, bentuk, cara dan istilah Orang Dayak dalam membuat patung untuk Pantak yang dipercaya memiliki kekuatan magis dalam mewujudkan tujuan dan nilai dari pantak tersebut.
-
-
Tentang Orang Dayak juga memiliki pengetahuan dan keahlian serta kekayaan pola pola atau motif motif, yang terdapat baik dalam karya seni ukiran/pahat, tenun, tato, kerajinan tangan, bangunan, dll. Yang pada umumnya mengambil bentuk bentuk/ pola dari alam dan serta roh dari dewataq, dll. Jenis jenis pola/motif dalam Kalangan Orang Dayak tersebut.
Dayak Kayong; Seni Ukir
Ukiran Dayak Kayong ini banyak persamaan dengan ukiran; Mahap, Mentuka, Kerabat, Bedayuh, Manyuke, Kanaytan, Lara, Jagoi, Bakati’, Jelai, dan Siring (Simpang). Namun uniknya, setiap motif ukiran di komunitas Dayak Kayong ini memiliki penamaan dan kegunaan sendiri. Setidaknya, di komunitas ini motif ukiran-ukirannya yang terkenal di antarnya Komang Nyolak, Tiangang Sosat, Awan Belane, dan Telempiau Beryon.
1. KOMANG NYOLAK
Motif Komang Nyolak ini diambil dari bentuk alam seperti bentuk daun Bakah Kekure (angrek kura-kura), bung labu, serta bagian pucuk pakis. Masing-masing bentuk itu kemudian digabungkan dan dirangkai sehingga menjadi motif yang indah. Untuk motif Komang Nyolak ini, biasanya digunakan pada sayap layang/pepilesan rumah atau jurokng.
2. TINGANG SOSAT
Dinamakan motif Tingang Sosat (enggang sesat) karena ukiran ini dibuat tidak ada ujung pangkalnya. Motif tingang sosat ini gabungan dari bentuk kelopak bakah kekure, komang (bunga) cempedak, lalu ditambahkan gambar beberapa ekor tingang dengan kaki membujur ke belakang. Motif ini bisanya digunakan untuk pentilasi rumah.
3. AWAN BELANE
Motif ini hampir mirip dengan Komang Nyolak. Bentuknya diambil dari bentuk pucuk pakis, daun setengah dari Bakah Rajang. Motif ini biasanya digunakan untuk bangkong rumah adat/penduduk, bintoran (beton) rumah/jurung, potas (pembatas pertemuan lantai pada rumah adat), dipasang memanjang dari arah Lawang (pintu) menuju ke Buritan (dapur).
4. PELEMPIYAU BERAYON
Motif ini bentuknya sangat sederhana, hanya penamaannya saja yang kedengarannya bagus. Begitu sederhannya, maka untuk morif ini sampai muncul anggapan bahwa orang Kujol (tidak tahu menahu) pun bisa membuatnya. Bentuk motifnya Telempiyau Berayun hnaya berupa lekukan dan garisan lengkungan, saduran daru rupa binatang Telempiyau yang sedang mengantung di pohon. Motif Telempiyau Berayon bisa ditempatkan pada hiasan pojok atau sudut ruangan. Sumber Buku Dayak Kayong merajut kehidupan dalam adat. Hal...250-251.
-
-
Dayak Kayaan; Tradisi Tedak (Tato) Pada Suku Dayak Kayaan;
Suku Dayak Kayaan yang mendiami Pulau Kalimanan dikenal dengan tradisi tato, dalam bahasa Kayaan disebut tedak. Secara umum tedak atau tato juga dikenal dengan sebutan rajah. Kebiasaan suku ini menato badannya sejak mereka menempati bumi Kalimantan ratusan tahun silam. Sumber ini diperkuat dengan sastra lisan yang digulir secara turun temurun pada generasi muda Dayak Kayaan (baca Tekna’ Lawe).
Pada jaman dulu, tato pada Dayak Kayaan bukanlah hal yang asing. Setiap sub suku Dayak, masing-masing memiliki makna dan artinya yang masing-masing pula. Demikian pula pada Dayak Kayaan yang mendiami Sungai Mendalam Kecamatan Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat-Indonesia.
Pada suku Dayak Kayaan, tato sangat identik dengan kaum perempuan. Sementara pada kaum laki-laki, tato tidak lah prioritas. Menurut cerita para tetua Kayaan, tato bukanlah sekedar hiasan, namun juga sebagai penerang bagi jiwa pemilik tato untuk menuju alam baka ketika meninggal dunia. Tato menjadi prioritas bagi kaum perempuan karena nilai lebihnya yang berfungsi untuk keindahan dan diyakini mempercantik diri. Pada suku Dayak Kayaan, bagi perempuan yang tidak memiliki tato, dianggap paling hina di depan kaum pria. Karena bagi kaum perempuan yang tidak menato diri akan disebut layah (mulus tanpa tato) bahkan sampai tua tidak menikah. Karena takut akan hal itu, maka para orang tua perempuan memaksa anaknya untuk ditato. Bagi perempuan yang menginjak remaja, berumur sekitar 15 hingga 17 tahun, mereka wajib ditato di bagian kaki dan tangan. Ketika menginjak usia dewasa yakni sekitar di atas 17 hingga 20 tahun maka perempuan tersebut harus ditato lagi pada bagian pahanya.
Kenapa harus ditato pada usia tertentu? Itu karena ada hubungan dengan pertumbuhan dan kedewasaan seseorang. Mereka ditato pada usia 15 hingga 17 tahun dapat dipastikan erat kaitannya dengan kemampuan mereka dalam hal bisa mengerjakan pekerjaan tangan seperti anyam-anyaman dan sebagainya. Sementara pada usia 17 hingga 20 harus ditato lagi. Pada usia ini juga mereka sudah dianggap bisa mandiri tanpa harus diatur lagi oleh orang tua dan siap menikah. Setelah ditato maka perempuan tersebut diperbolehkan oleh orang tuanya untuk mencari pasangan hidup.
Untuk membuat tato pada suku Dayak Kayaan tidak segampang seperti dewasa ini yang menggunakan peralatan elektronik. Pada jaman dulu suku ini menato badan dengan duri kayu hutan sejenis jeruk. Namun karena perkembangan jaman, kebiasaan menggunakan duri diganti dengan jarum jahit tangan. Dapat dibayangkan betapa sakitnya jika ditato dengan duri kayu. Bahkan ketika ditato, agar yang ditato tidak banyak bergerak karena menahan rasa sakit, malah ada yang ditimpa dengan ha’aan (batu asah yang berukuran besar diperoleh di sungai) oleh lugaan tedak (tukang tato). Lugaan tedak pada umumnya dari kalangan perempuan, karena kebanyakan yang ditato adalah kaum perempuan. Karena itulah hampir tidak dijumpai dalam suku Kayaan lugaan tedak berasal dari kaum pria. ...........>. Sumber; (Studi Kasus pada Masyarakat Dayak Kayaan-Mendalam dan Dayak Iban-Sungai Utik di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat). Oleh: Dominikus Uyub Lung
-
Tentang Orang Dayak juga memiliki pengetahuan dan keahlian hal seni rias tubuh yang berfungsi untuk mempercantik/memperindah penampilan ataupun juga sebagai symbol symbol kekuatan/kesaktian, symbol magis,dll dan juga yang berfungsi sebagai syarat dalam kegiatatn ritual adat, dll.. Jenis-jenis riasan tubuh dalam Kalangan Orang Dayak tersebut.
-
-
-
-
-
Tentang kumpulan nada dan syair baik dalam versi bahasa asli maupun versi terjemahaan, nyanyian yang digunakan sebagai/untuk/syarat dalam penyelenggaraan ritual adat yang ada dalam Kalangan Orang Dayak.
-
Tentang kumpulan nada dan syair baik dalam versi bahasa asli maupun versi terjemahaan, nyanyian yang hanya diperuntungkan untuk hiburan baik yang dinyayikan dalam aktivitas sehari hari (perseorangan) maupun dalam cara pesta/suka suka yang ada dalam Kalangan Orang Dayak.
-
-
-
Tentang kumpulan syair dan nada pantun yang ada dalam Kalangan Orang Dayak, yang biasa digunakan dalam acara ritual adat/syarat untuk ritual adat; baik berupa versi bahasa asli maupun versi terjemahan.
-
Tentang kumpulan syair dan nada pantun yang ada dalam Kalangan Orang Dayak, yang biasa digunakan cara/kegiatan hiburan/pesta,dll ; baik berupa versi bahasa asli maupun versi terjemahan.
-
-
-
-
-
Tentang kelompok alat musik sejenis gong yang di mainkan dengan cara dipukul dan berbahan metal (besi/tembaga) Alat alat tersebut dalam Kalangan Orang Dayak.
Dayak Kanayatn; AGUKNG ATAU GONG
Menurut tradisi music Dayak Kanayatn ada berbagai jenis Agukng (gong) yaitu:
- Kakanong
- Kampo atau Babaneh
- Kanayatn
- Katukeng
- Katukong
- Katuku'
- Agukng
- Wayakng
Alat music tengga ini pada awalnya terbuat dari belahan-belahan kayu yang terpilih dan naring bunyinya apabila dipukul. Namun setelah jaman perunggu, alat music tengga ini kemudian dibuat dari tembaga, tetapi dengan bunyi dan nada yang sama.
TENGGA ATAU GAMELAN (DAU)
Dalam tradisi Kanayatn ada terdapat 8 buah alat music Tengga atau Gamelan (dau). Berikut ini adalah nama-namanya berdasarkan peletakannya, yaitu:
- Yang terkecil sekali namanya panangkekn bernada not 1 (do.) atas
- Yang kedua namanya panuna’ bernada not 6 (la) tengah
- Yang ketiga namanya panyantel bernada not 5 (sol) tengah
- Yang keempat namanya panimpak bernada no 3 (mi) tengah)
- Yang kelima panarodot bernada not 2 (re) tengah
- Yang keenam bernama peniga’ bernada not 1 (do) tengah
- Yang ketujuh bernama panodot bernada 6 (la) bawah
- Yang kedelapan bernama pangantor bernada not 5(sol) bawah
alat music tengga ini pada awalnya terbuat dari belahan-belahan kayu yang terpilih dan naring bunyinya apabila dipukul. Namun setelah jaman perunggu, alat music tengga ini kemudian dibuat dari tembaga, tetapi dengan bunyi dan nada yang sama. Narasumber: Temenggung Maniamas Miden Sood dalam buku Mencermati Dayak Kanayatn (hal 87) terbitan Institut Dayakologi
-
Tentang kelompok alat musik sejenis gendang yang di mainkan dengan cara dipukul dan berbahan kayu serta kulit. Alat alat tersebut dalam Kalangan Orang Dayak;
- Dayak Kanayatn;
TUMA’ ATAU GENDANG; Tuma’ atau Gendang adalah alat music pukul, yang memiliki ciri-ciri bulat dan memiliki lubang ditengah. Tuma’ ini sendiri menurut tradisi Dayak Kanayatn memiliki beberapa jenis yaitu:
- Tuma’ ialah sejenis gendang panjang berdiameter 0,15 m panjangnya diperkirakan1,25 m
- Gadobong ialah gendang besar tapi pendek berdiameter 0,35 m panjangnya diperkirakan 0,55 m
- Kubeh yaitu gendang besar dan panjang berdiameter 0,35 m dan panjangnya ± 2 m
- Ganakng merupakan pasangan alat music gendang. Sepasang (2 buah) karena harus dipukul oleh 2 orang. Karena harus dipukul oleh 2 orang maka penamaannyapun dibedakan, yaitu yang satu disebut We’nya dan yang lain disebut Naknya. Alat music ini panjangnya diperkirakan 0,50 m dan berdiameter ±0,20 m. alat music ini termasuk alat music lain dari pada yang lain, karena gendang ini pada pangkal dan ujungnya harus ditutup dengan kulit kambing atau kulit kijang. Sedangkan pada Tuma’ atau Kubeh, hanya pangkalnya saja yang ditutup dengan kulit kambing ataupun kijang. Narasumber: Temenggung Maniamas Miden Sood dalam buku Mencermati Dayak Kanayatn (hal 87, 91) terbitan Institut Dayakologi
- Dayak Jalai;
GANDANG PANJANG; Gandang panjang adalah gendang yang ukurannya panjang sekitar 2 m dan digunakan khusus untuk music kanjang. Gandang panjang terbuat dari kayu belian yang dipotong kira-kira 2 m kemudian dibuat lubang diujung depan ditutupi dengan kulit binatang kemudian disimpan agar tahan. Cara memainkannya, gandang dipukul dengan tangan mengikuti irama gambang.
GANDANG PANDAK; Gandang pandak adalah gandang yang ukurannya lebih kecil dan pendek dari gandang panjang. Panjang gandang pandak kira-kira 1 m biasa digunakan dalam music gamal/gaduk. Bahan dan cara membuatnya sama seperti gambang panjang.
K E T A B U N G; Ketabung adalah gendang kecil dengan panjang sekitar ½ m yang bentuknya mengecil dibagian tengahnya. Digunakan khusus dalam ritual berayah. Bahannya terbuat dari kayu belian. Cara membuatnya sama seperti membuat gandang panjang dan gandang pandak.
Narasumber: Buku Pengetahuan Adat dan Tradisi Dayak Jalai, Terbitan ID, 2008 (hal95-96, 98)
-
Tentang kelompok alat musik tiup yang berbunyi dengan bantuan aliran udara. Alat alat tersebut dalam Kalangan Orang Dayak.
-
Tentang kelompok alat musik yang menggunakan tali/senar yang di mainkan dengan cara dipetik. Alat alat tersebut dalam Kalangan Orang Dayak.
-
Tentang kelompok alat musik lainnya; mis. alat musik dari bambu,dari daun, dari kayu, dll. Alat alat tersebut dalam Kalangan Orang Dayak.
- Dayak Kanayatn;
ANTONENG; Merupakan alat music pukul. Alat music ini terbuat dari kulit bambu (buluh) anyang. Setelah buluh anyang ini dipotong pada pangkal dan ujungnya (diperlukan 1 ruas buluh anyang dengan tidak membuang kedua bukuknya), lalu dijemur kira-kira sepuluh hari lamanya. Apabila sudah kering, maka kulit buluh anyang tadi direnggangkan sebanyak delapan butir menurut hitungan jumlah tengga atau dau dengan menggunakan tali. Kemudian dipotong-potong kayu sebesar biji jagung atau 3 mm sebanyak 16 butir. Pada tiap 1 tali yang direnggangkan tadi, disisipkan 2 potongan kayu yang sudah dipotong-potong sebelumnya. Untuk menentukan nada yang sesuai dapat diseimbangkan dengan nada tengga atau dau. Alat music ini dimainkan oleh 1 orang.
SINTETEK AJI; Merupakan alat music iniadalah 1 buah batang beliung dan 1 buah mangkuk putih. Beliung yang dipilih adalah yang bernadakan not 1 (do), sedangkan mangkik putih yang dipilih mengeluarkan bunyi yang bernadakan 5 (sol) apabila dipukul. Alat music sintetek aji dimainkan sebanyak 2 orang, supaya ketika dibunyikan melahirkan bunyi teng tong teng tong. Adapun penggunaan alat musik ini sebagai pelengkap alat music yang lainnya. Dari sini dapat kita ketahui pula bahwa ciri khas Musik Dayak Kanayatn tidak ada bernadakan not yang berbunyi 4 (pa) dan 7 (si). Narasumber: Temenggung Maniamas Miden Sood dalam buku Mencermati Dayak Kanayatn (hal 87, 91) terbitan Institut Dayakologi.
- Dayak Jalai;
G A M B A N G; Gambang yaitu alat music yanga terbuat dari kayu kubing, dibentuk dengan ukuran yang berbeda-beda. Cara membuatnya, kayu kubing dipotong sebanyak 8 potong kemudian dibelah sesuai ukuran gambang, bagian tengahnya dibentuk agak cekung agar nada setiap gambang bisa disesuaikan. Gambang ini terdiri dari 8 ruas yang setiap ruasnya ukuran dan nadanya berbeda-beda. Gambang sama dengan kelinang, hanya kelinang terbuat dari logam yang dibentuk bulat dengan ukuran yang berbeda-beda pula.
S E N G G A Y U N G; Senggayung yaitu alat music yang terbuat dari ruas bamboo, terdiri dari 5 hingga 7 nada yang berbeda. Dimainkan khusus dalam ritual musim buah-buahan. Senggayung terbuat dari pering anyang yang dibentuk bulat bagian atasnya dan bagian bawah setengah terbuka. Senggayung dimainkan berpasangan bisa 2 sampai 7 pasang. Masing-masing senggayung diberi nama, yaitu:
yang paling besar dinamakan Pe indai, kedua dinamakan Pengait, ketiga dinamakan Pe anak 1, Pe anak 2, Pe anak 3, Pe anak 4.
Music senggayung dimainkan pada upacara penyangkap buah, yaitu menandakan musim buah banyak. Jika musim buah sedikit tidak dilakukan upacara menjangkap buah, dan tidak boleh membunyikan senggayung. Pada musim buah besar sengayung tidak boleh lagi dimainkan ketika senggayung sudah dikembalikan ke kampung buah. Narasumber: Buku Pengetahuan Adat dan Tradisi Dayak Jalai, Terbitan ID, 2008 (hal95-96, 98)
Alat Musik: Orang Dayak Jalai hanya mengenal dua jenis alat musik yakni, idhiophone (gong dan yang sejenis), dan membranophone (gendang dan yang sejenis). Dalam kelompok idhiopone (alat musik yang sumber bunyinya adalah alat itu sendiri) dikenal dua jenis alat musik sebagai berikut;
-
Kelompok Gong
-
: gong besar dengan nada suara rendah, diameternya sampai mencapai satu meter.
-
: gong ukuran sedang yang berbunyi nyaring/keras.
-
: gong ukuran sedang yang berbunyi lembut/tidak keras.
-
: satu set gong berukuran kecil yang terdiri dari tujuh sampai delapan nada yang berbeda.
-
-
Kelompok Non-Gong
-
: gong dengan permukaan datar, dibunyikan dengan menggunakan kepalan tangan, tanpa alat pemukul tambahan.
-
: sepasang cymbal berukuran kecil, sekitar sebesar telapak tangan.
-
: kelinang yang dibuat dari potongan-potongan kayu berbagai ukuran untuk membedakan nada; bisa juga dibuat dari bahan besi atau tembaga. Hanya digunakan untuk latihan atau bersantai, tidak pernah digunakan dalam pertunjukan musik yang sesungguhnya.
-
-
Sengayung: alat musik yang terbuat dari ruas bambu, terdiri dari lima hingga tujuh nada yang berbeda. Dimainkan khusus dalam ritual musim buah-buahan. Dalam kelompok membranophone (alat musik yang sumber bunyinya berupa membran) dikenal beberapa alat musik sbb:
a. Gandang panjang: gendang dengan panjang sekitar dua meter dan digunakan khusus untuk musik kanjan.
b. Gandang pandaq: gendang dengan panjang sekitar satu meter dan digunakan dalam musik Gamal /gaduk.
c. Ketabung: gendang kecil dengan panjang sekitar setengah meter yang bentuknya mengecil di bagian tengah. Digunakan khusus dalam ritual berayah.
Jika dikelompokkan sesuai dengan penggunaannya, maka terdapat 5 jenis alat musik yang dikenal dalam masayrakat Dayak Jalai yakni:
-
Alat musik Gamal : gerantung, tetawak, bebandih, kelinang, gentarai, rerahup dan gandang pandaq.
-
Alat musik kanjan: gerantung, tetawak, bebandih, kelinang, gentarai, rerahup dan gandang panjang.
-
Alat musik senggayung: satu set senggayung.
-
Alat musik berayah: satu atau lebih ketabung.
-
Alat musik latihan: satu set saron.
Dayak Seberuang;
"alat musik" "alat musik tradisional" "dayak" "dayakologi" "kalimantan barat" "borneo"
-
-
-
Jenis Musik; tentang jenis jenis musik yang dimainkan oleh Orang Dayak yang tiap jenis musik yang dimainkan memiliki fungsi, tujuan dan nilai tertentu; ada jenis musik untuk ritual, untuk hiburan, untuk kematian.
Dayak Kanayatn; Irama Musik Pada Dayak Kanayatn
IRAMA MUSIK BAGU
Irama music ini menurut cerita lisan diciptakan oleh Abakng Nyawatn. Abakng Nyawatn menciptakan irama music ini diambil dari inspirasi bunyi deru air yang terdengar berlainan iramanya, yang hanyut itu seolah-olah tiap-tiap sekolnya mempunyai irama masing-masing. Aliran air yang terdengar berirama tersebut bersumber dari Gunung Bawakng yang mengalirlah sampai kesebuah sungai yang bernama Sungai Bagu. Sungai itu sendiri mempunyai 7 sekol riapm bagu. Pada masing-masing sekol riam bagu memperdengarkan riam yang berbeda. Itulah yang menginspirasi Abakng Nyawatn menciptakan sekaligus menamakannya irama music tersebut dengan nama Irama Musik Bagu.
Irama Music Bagu ini sendiri dari tradisi music Kanayatn terbagi lagi kedalam 7 jenis irama, yaitu;
- Bago
- Samoko Lajakng
- Samoko Batimang
- Samoko Bagantung
- Samoko tapakng
- Taredek
- Marense'
IRAMA MUSIK JUBATA
Irama music ini diperdengarkan dari pukulan dau (gamelan). Menurut cerita tradisi lisan irama music ini berasal dari Ne’ Ape’ Mantohari, seorang Pamaliat (dukun liatn) dari Bawakng. Beliau mempelajari irama ini langsung dari Jubata yang berasal dari dunia atas, yang pada saat itu Jubata sedang turun ke Bawakng. Music Jubata ini masih dibagi lagi dalam 4 jenis yaitu;
- Jubata Lajakng atau Jubata Manta’
- Jubata Masak
- Jubata Bagael atau Jubata Babulakng
- Pate Mangkok atau Jubata Pulakng
IRAMA MUSIK TOTOKNG
Irama music ini berasal dari pukulan dau. Dari cerita lisan Kanayatn music ini berasal dari Samine Nak Janyahakng Tetek. Beliau diajari langsung oleh Roh Halus yang bermana Kamang Mantekng. Dari tradisi music yang ada terdapat 6 jenis irama music Totokng, yang langsung dipelajari Ne’ Samine kepada Kamang Mantekng yaitu;
- Totokng Maniamas
- Totokng Palanteatn
- Totokng We’ Ongan
- Totokng Binalu
- Ledang Lajakng
- Ledang Panyaot
IRAMA MUSIK BAWAKNG
Irama music ini berasal dari Ne’ Saruna Nak Ujatn Jantu’. Menurut tradisi lisan Ne’ Saruna memperoleh pengetahuan irama music ini dari Ne’ Nyala Nang Nukukng Pajaji. Ne’ Nyala sendiri adalah anak dari Ne’ Ape’ Mantohari, Pamaliatn Bawakng. Irama music ini sendiri masih terbagi-bagi lagi dalam 7 jenis irama music Bawakng yaitu;
- Bawakng Lajakng
- Bawakng Samoko
- Bawakng Nyang Kodo
- Bawakng Joragan
- Bawakng Kadedeng
- Bawakng Pulo atau Bawakng Panca
- Bawakng Baramutn
IRAMA MUSIK DENDO
Irama music ini berasal dari Ne’ Dara Enokng. Pengetahuan irama music ini langsung dipelajari Ne’ Dara dari Sinede Pamaliatn Pujut. Jenis irama music ini masih terbagi lagi dalam 3 jenis irama music Dendo, yaitu;
- Dendo ke 1
- Dendo ke 2
- Dendo ke 3
IRAMA MUSIK PANYINGGON
Irama music ini berasal dari Ne’ Rendeng. Beliau diajari langsung oleh Sijore Pamaliatn Mawing. Dan tradisi music Kanayatn irama music ini terbagi lagi dalam 4 jenis irama music Panyinggong yaitu;
- Panyinggon
- Kandoleng
- Gundali
- Denayu
IRAMA MUSIK SIPANYAKNG KUKU
Irama music ini berasal dari Ne’ Tumas langsung dari Oreara’ Pamaliatn Buntianak. Irama music ini dari tradisi music kanayatn terbagi lagi dalam 3 jenis irama music, yaitu;
- Sipanyakng Kuku
- Dara enek
- Sigurinti
IRAMA MUSIK NGARANTO
Irama music ini dapat kita dengar dari bunyian dau. Irama music ini sendiri berasal dari Dayakng Dadompa, yang dipelajari langsung dari Bang Kire Pamaliatn Subayatn. Dari tradisi lisan music dayak Kanayatn dicatat bahwa Dayakng Dadompa merupakan Panara Bawakng yang paling ahli dibidang music bawakng pada jaman itu. Irama music tsb dibagi lagi menjadi 19 jenis, yaitu;
- Singkaluma'
- Patabakng Urakng Mati
- Guruh Ari atau Ola’ Oleh
- Anyut-anyut Titisawa
- Gora'-gora'
- Jaja’ Nyango
- Ne’ Nange
- Titi Bajoa
- Batakng Singunang
- Tingkakok
- Saka Barime
- Rumah Ne’ Jule
- Rangkat Tabu
- Sare Andang
- Soka’ Soke
- Ranto Padakng
- Rindu’ Ati
- Burukng Bapuput
- Danakng Liokng
Narasumber: Temenggung Maniamas Miden Sood dalam buku Mencermati Dayak Kanayatn (hal 92-96) terbitan Institut Dayakologi.
Dayak Jalai;
Jenis Musik;
1. Gamal /Gaduk; Adalah jenis musik tua dan “asli” milik orang Dayak Jalai. Gamal sendiri terdiri dari beberapa macam jenis, namun secara garis besar ada yang disebut dengan gamal tuhaq dan gamal mudaq. Gamal tuhaq adalah musik yang diyakini masih murni dan belum mengalami improvisasi. Sementara itu, gamal mudaq adalah jenis musik yang lebih muda usianya dan berasal dari generasi yang lebih muda pula.
Musik gamal terutama dimainkan dalam ritual-ritual rutin perladangan dan menjadi musik wajib sebagai pembuka dalam ritual lainnya.
2. Kanjan/Ayah; Kanjan adalah musik yang “dibeli” dari Dayak Delang dan karenanya tidak “asli” milik orang Dayak Jalai. Dari segi peralatan yang digunakan, kanjan memiliki dua gong dan dua tetawak. Sedangkan gendang yang digunakan dalam musik kanjan adalah gandang panjang.
Kanjan, pada mulanya hanya dimainkan dalam ritual menambaq, yakni ketika menabang jarau yang diiringi dengan tarian mandau. Musik kanjan berhubungan dengan ritual penghormatan dan penyambutan terhadap kepala hasil mengayau. Akan tetapi, ketika diadopsi oleh orang Dayak Jalai yang tidak memiliki tradisi mengayau, kanjan dimainkan dalam ritual menabang jarau, baik ketika menambaq maupun menyambut tamu. Kanjan tidak dimainkan dalam ritual yang berhubungan dengan kegiatan perladangan atau ritual sakral lainnya. Kanjan hanya dimainkan dalam pesta-pesta menghibur seperti perkawinan, penutupan suatu musyawarah adat atau pesta gembira lainnya. Meskipun demikian, sebelum kanjan dimainkan, musik gamal pasti dibunyikan terlebih dahulu. Artinya, tidak pernah musik kanjan dimainkan tanpa disertai gamal. Sebaliknya, banyak gamal yang dimainkan tanpa diikuti oleh Kanjan.
3. Tipaq; Tipaq atau sambit adalah musik kematian. Musik ini dapat dimainkan secara minimal yakni terdiri dari seperangkat kelinang, tetawak, dan gandang pandak. Ada beberapa jenis pukulan tipaq yang kadangkala memiliki nama yang aneh seperti misalnya: tundaq-tundaq badab (tunda-tunda-ikut), kelantit turun tungkat (kelentit turun tongkat) dan lain-lain. Nama-nama tersebut jika dinyanyikan mengikuti nada yang dimainkan, terasa pas/serasi. Mungkin inilah penjelasan mengapa pukulan tipaq memiliki nama-nama aneh tersebut. Tipaq didahului dengan gamal tuhaq, namun tidak gamal mudaq, apalagi kanjan.
Tabuhan tipaq adalah satu-satunya musik yang tidak pernah dimainkan di luar kasus kematian. Karena itu, mendengarkan musik tipaq atau belajar Menipaq hanya dapat dilakukan ketika ada warga komunitas yang meninggal. Tidak ada satu orang pun warga komunitas Dayak Jalai yang mau membunyikan musik tipaq tanpa ada kasus kematian, karena dapat mendatangkan malapetaka. Selain itu, memainkan tipaq tanpa ada kasus kematian hanya akan berhadapan dengan pengadilan adat yang memang melarang hal itu dilakukan sembarangan.
4. Mengetabung; Adalah musik yang dimainkan dalam ritual berayah. Ada beberapa jenis irama ketabung tergantung dari petalian nya masing masing. Irama musik ketabung yang lembut mengiringi para balin begiur. Yang keras dan menghentak-hentak mengikuti orang beganjaq, dan musik yang sedang mengikuti balin berindik.
Sama seperti tipaq, ketabung jarang dimainkan tanpa alasan yang jelas. Seorang balin yang ingin membunyikan ketabung sambil berayah di luar kegiatan ritual berayah, akan melakukan ritual sederhana untuk menjelaskan alasannya membunyikan ketabung tersebut.
Bunyi ketabung diiringi dengan gemerincing bunyi lonceng yang ada di kaki balin (genggiring) serta nyanyian dari para balin yang kadang-kadang terdengar seperti paduan suara, merupakan paduan antara seni musik dan spiritualitas orang Dayak Jalai yang dapat menyejukkan dan menenteramkan jiwa orang yang sedang mendengarkannya.
5. Besenggayung; Besenggayung adalah musik yang dimainkan khusus untuk menyambut datangnya musim buah-buahan. Senggayung mulai dimainkan dalam ritual menjangkap dan terus dimainkan oleh mereka yang mengunjungi kebun buah-buahan selama musim tersebut.
Senggayung juga tidak dimainkan di sembarang tempat di luar musim buah-buahan, meskipun untuk tujuan-tujuan pelestarian dan dokumentasi, biasanya kebiasaan tersebut dapat mendapat dispensasi dengan terlebih dahulu melakukan ritual pemberitahuan secara sederhana.
Bentuk alat musik senggayung mirip dengan alat musik angklung. Bedanya, senggayung dimainkan dengan saling membenturkan satu senggayung yang dipegang dengan tangan kiri dengan senggayung lainnya yang di pegang oleh tangan kanan. Senggayung yang dipegang dengan tangan kananlah yang dipukulkan ke senggayung di tangan kiri. Senggayung dimainkan oleh lima hingga tujuh orang pemain dan memiliki berpuluh-puluh jenis irama. Sumber; Buku DAYAK JALAI di persimpangan jalan. Halaman; 94-102
"jenis musik" "musik tradisi" "musik tradisional" "dayak" "dayakologi" "kalimantan barat" "borneo"
-
-
Tentang Orang Dayak juga mengenal, memiliki pengetahuan dan keahlian dalam hal seni tari yang selalu dilakukan Kalangan Orang Dayak dalam hal; melakukan ritual ritual adat/acara adat dan sebagai ungkapan kegembiraan/rasa syukur. Jenis jenis tarian dalam Kalangan Orang Dayak tersebut.
Dayak Jalai;
Dayak Kayaan;
-
Tentang Orang Dayak juga mengenal, memiliki pengetahuan dan keahlian dalam hal seni tari yang selalu dilakukan Kalangan Orang Dayak dalam hal; melakukan ritual ritual adat/acara adat dan sebagai ungkapan kegembiraan/rasa syukur. Jenis jenis tarian dalam Kalangan Orang Dayak tersebut.
-
-
-
Dayak Sebujit; Memanjat tiang terbali (kaki di atas)
Kegiatan permaian ini, tidak terlepas dari rangkaian ritual pada kegiatan Gawai, yang dilaksanakan oleh Dayak Sebujit di perbatasan. pemuda-pemuda tangguh memperlihatkan kemampuannya dalam memanjat tiang dengan cara terbalik
-
Permainan Non-Ritual
-
-